Cerpen - Secangkir Kopi untuk Istriku
Pagi belum sepenuhnya datang, langit masih menggantungkan warna kelabu. Darto sudah berdiri di dapur sempit rumah kontrakannya. Tangannya mengaduk kopi dalam cangkir lusuh, pelan dan hati-hati, seolah setiap putaran sendok adalah doa yang ditumpahkan. Di meja makan yang penuh gores dan noda waktu, ia letakkan kopi itu di hadapan Mira, istrinya yang sedang duduk lelah dengan perut besar yang kian menegang jelang kelahiran. Mira menyambutnya dengan senyum pucat, menggenggam tangan Darto yang kasar dan dingin. “Kamu belum tidur lagi, ya?” suaranya pelan. Darto hanya menggeleng. Ia memang belum tidur. Tadi malam, selepas kerja parkir siang harinya, ia masih mengambil pekerjaan sebagai buruh bangunan demi tambahan uang untuk persalinan. Darto tak ingin Mira melahirkan di tempat seadanya. Ia ingin, walau sekali saja, memberikan yang terbaik. “Aku bisa kok kerja lagi, To,” ujar Mira dengan suara lirih. “Jangan. Kamu cukup jaga dia,” Darto menatap perut Mira sambil tersenyum. “Aku yang jaga ka...